Oleh I Ketut Dedi
Susiawan
(Salah satu karya latihan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FBS-Undiksha dalam mengikuti mata kuliah Kritik Seni)
(Salah satu karya latihan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FBS-Undiksha dalam mengikuti mata kuliah Kritik Seni)
Kemampuan manusia untuk menghasilkan ide kreatif
selalu memunculkan karya seni yang baru. Sehingga, teori seni rupa pun sebagai
bahan ajar, selalu mengalami perubahan. Teori pengelompokan hasil karya seni
rupa masa kini menjadi rancu. Beragamnya perbedaan pandangan mengenai teori
seni rupa, wajar telah menjadikan teori
seni rupa tersebut menjadi tidak tetap. Oleh karena itu, teori pengelompokan
karya seni rupa yang selama ini dipandang telah menjadi pakem, perlu
diperbaharui.
Seni rupa merupakan nama kegiatan yang terkait dengan
beragam pembuatan karya seni yang divisualisasikan dalam bentuk dua dimensi dan
tiga dimensi. Dalam teori seni rupa, ada dua kelompok karya seni rupa yang umum
yaitu karya seni rupa murni dan karya seni rupa terapan. Seni rupa murni
merupakan karya seni rupa yang mengutamakan tampilan nilai estetis, pemuas
batin, dan gambaran hasil peluapan perasaan senimannya. Sedangkan seni rupa
terapan merupakan karya seni rupa yang mengutamakan nilai guna, secara praktis
untuk memenuhi kebutuhan perangkat hidup sehari-hari, dan biasa diproduksi
secara massal.
Ketika teori lama digunakan sebagai pedoman dalam
mengelompokan karya seni rupa, selalu akan muncul pertentangan-pertentangan
dengan pola pikir baru. Pertentangan bisa lahir karena perbedaan penetapan
makna, nilai estetis, nilai fungsional, ataupun nilai ekonomis yang terkait
dengan keberadaan karya. Berkembangnya karya seni rupa yang begitu kompleks,
membuat para ahli teori harus mengubah dasar pikir teorinya.
Perubahan-perubahan tersebut, kadang mendapatkan perlawanan dari ahli teori
lainnya yang tidak sepaham. Sebagai contoh, karya seni murni yang secara teori
ditetapkan sebagai karya seni yang identik dengan tujuan memenuhi hasrat
estetis senimannya semata, kini telah berubah menjadi karya seni yang bernilai
ekonomis. Bahkan, dibuat sebagai karya dengan tujuan mengejar hasrat ekonomis
tersebut. Dalam kondisi seperti itu, pengelompokan karya seni murni-terapan
seperti terangkum dalam teori lama menjadi kacau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar