Selasa, 28 Juli 2009

OLEH-OLEH BUNAKEN

Allah Mahabesar!

Kawasan laut Bunaken, Manado, sekitar Gunung Manado Tua, ditakdirkan Allah menjadi daerah bawah laut sangat indah. Bahkan sebagai salah satu taman laut terindah di dunia!

Aneka jenis ikan hias mengisi 'aquarium raksasa' laut Bunaken. Habitat karang laut yang aneka warna dan terjaga (mudah-mudahan seterusnya) menjadi tempat yang sangat serasi dengan keindahan ikan-ikan. Lukisan rahman Allah tak akan bisa tertandingi. Tetapi manusia kerap mengganggu, bahkan merusaknya.

Bunaken National Park, 7 mil laut dari Pelabuhan motor boat Manado, sekitar 35 menit perjalanan motor boat, memang tempat yang mengundang banyak pendatang. Pulau Bunaken, awalnya sebagai pulau karang, atol, yang luasnya 887,5 Ha mulai dipagari bangunan-bangunan hotel, villa, perumahan penduduk, puskesmas, dan tempat-tempat belanja ol
eh-oleh. Manusia akan terus merambah kawasan-kawasan yang diperkirakan bisa mendatangkan kesenangan (sementara). Terutama yang bisa mendatangkan kesenangan ekonomis.

Pada bagian sisi Pulau Bunaken yang telah digarap sebagai tempat berjualan cinderamata,
telah dibangun dermaga sandar motor boat. Sejumlah kios dibangun pada
bentangan pantai yang landai. Di bagian belakang jejeran kios (kios makanan dan cinderamata) telah dibangun pula sumber informasi bagi pengunjung, berupa museum, yang dilengkapi
dengan bangunan informan penjaganya.

Sayang, keinginan mendapatkan oleh-oleh khas Bunaken tidak akan bisa kesampaian. Di sini, di tempat penjualan oleh-oleh, hanya ada T-shirt bergambar lingkungan Bunaken. Itupun, sebagian label dagangnya bertuliskan made in Malaysia. Sejumlah hasil seni kriya, berupa kalung, gelang (paling banyak jenisnya), ikat rambut, dan hiasan rumah lampu gantung, tampaknya juga didatangkan dari luar Bunaken. Tak berbeda dengan oleh-oleh yang dijual di lingkungan wisata Bali. Kain Kerawang yang menjadi kebanggaan warga Manado, juga, konon dibuat di Gorontalo. Mudah-mudahan, warga Manado sigap menanggapi kondisi tersebut. Siapapun yang datang ke objek wisata tertentu, sangat ingin membawa oleh-oleh yang khas objek wisata tersebut!





WARUGA

Menyaksikan waruga sebagai catatan purba masyarakat Manado, menyiratkan bahwa jejak pola budaya mulasara jenazah sangat beragam. Jenazah masyarakat purba Manado ditempatkan dalam wadah batu, kubur batu, sejenis sacrophagus, dalam posisi duduk melipat lutut menempel pada bagian perut dan dada. Sebuah pola "kembali ke asal" yang menggambarkan pola keberadaan bayi di dalam kandungan seorang ibu.

Kubur batu waruga, kini, hanya tinggal sebagai wadah. Tak ada satupun yang berisi jejak terang tentang catatan masa lalu. Hanya ada satu scene relief kasar yang menggambarkan bagaimana kubur batu itu di'adakan'. Relief baru pada dinding sebelah kiri lorong masuk ke kompleks pemakaman purba ini, cukup informatif menggambarkan keberadaan kubur-kubur batu tersebut. Dulu, konon, isi kubur ini lengkap dengan segala hiasan milik si mati. Itulah, setelah waktu berjalan panjang, amat panjang, isi kubur di'kuras' oleh para pejarah.

Kompleks kubur batu ini, kini, bersatu dengan kuburan dengan penciri yang sangat berbeda. Kuburan-kuburan lainnya yang baru, pada posisi lebih ke depan, ke arah tempat parkir objek wisata budaya ini, adalah kuburan dengan ciri nasrani. Kuburan-kuburan baru yang diposisikan seperti 'melindungi' situs catatan berharga ini, kawasannya lebih luas. Tidak kurang duapertiga kompleks situs ini. Dua 'buku catatan' berbeda jejak usia didampingkan sebagai gambaran keterikatan masa lalu dengan masa setelahnya. Dan, kaitan dengan masa kini adalah dalam bentuk pemuliaan situs ini sebagai kawasan yang dilindungi secara ilmiah maupun secara ekonomi.

Situs waruga kurang menjanjikan hal yang menarik bagi masyarakat umum. Pengunjung dari golongan masyarakat umum dibiarkan 'liar' tanpa ikatan informasi yang jelas. Apalagi bagi pengunjung yang berbekal latar keilmuan, yang ingin tahu "habis-habisan" tentang situs ini, kondisi tadi sangat mengecewakan!