Senin, 18 April 2011

TAK ADA JURU GOLEK YANG TERKENAL

Oleh Jajang Suryana


“Tak ada juru golek yang kaya. Tak ada juru golek yang terkenal”. Pernyataan itu banyak benarnya. Seorang juru golek, pembuat boneka golek, selalu saja berada dalam kondisi sulit. Mereka bisa berkarya jika ada pesanan. Sementara para pengguna hasil karya juru golek, para dalang golek, bisa hidup dalam kondisi serba cukup. Bahkan, dalang golek terkenal, satu kali “manggung” --pada masa ramai, seminggu bisa manggung hingga 3 kali-- bisa menangguk bayaran di atas 7-10 juta rupiah.


Desa Cibiru, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, dikenal sebagai tempat kelahiran boneka golek. Ki Darman, yang diakui sebagai penggubah raut golek pertama atas permintaan Bupati Bandung Wiranata Koesoemah III pada akhir masa jabatannya, tahun 1840-an, adalah sebagai juru golek yang tercatat dalam buku sejarah golek Jawa Barat. Ia dikenal karena kepeloporannya dalam menghadirkan bentuk-bentuk boneka golek seperti yang ada kini. Keberadaan boneka golek tentu selalu terkait dengan catatan perubahan-perubahan. Bahkan, hingga kini dikenal paling tidak ada 5 gaya golek. Semua gaya itu lahir atas prakarsa juru golek tertentu. Namun, tampaknya, penggagas gaya itu belum begitu dikenal masyarakat pemerhati golek.

Seorang M. Duyeh misalnya, baru bisa menarik nafas panjang ketika ada dalang terkenal yang memesan golek buatannya. Sebagai seorang juru golek yang banyak memiliki gagasan ideal, karyanya banyak terpakai oleh para dalang. Golek buatan M. Duyeh memang halus dan enak-pakai untuk pertunjukan. Oleh karena itu, banyak dalang yang mempercayakan pembuatan golek kepadanya.

Inilah salah satu karakter Gatot Kaca karya M. Duyeh.



2 komentar:

  1. mengapa juru golek selalu dalam kondisi sulit dan mengapa mereka berkarya kalau ada pesanan saja?
    (riza nur hanafi)

    BalasHapus
  2. menurut saya,perkembangan wayang golek di indonesia semakin tahun smakin menurun peminatnya.. entah apa yg menyebabkan hal menurunnya popularitas wayang golek di indonesia pada zaman sekarang ini..di mata saya,bukan hanya wayang golek yg 'tenggelam',kesenian-kesenian lain yg menjadi ciri khas Indonesia jg semakin kurang bermunculan di zaman skrg ini..mngkin dikarenakan oleh faktor globalisasi. dgn teknologi yg tumbuh pesat skrg ini,anak2 muda menjdi enggan utk melirik ke arah kesenian indonesia..sangat jarang anak2 muda bahkan orang dewasa di indonesia yg mengingat&mnjaga kelestarian kesenian daerahnya,sehingga acap kali kesenian indonesia diklaim oleh negara2 lain. semoga saja kesenian2 indonesia yg beragam tidak mnjadi punah utk kedepannya..

    Andre Saputra 1112031017

    BalasHapus