Sabtu, 08 Februari 2014

TEORI SENI RUPA BUKAN SESUATU YANG MUTLAK

Oleh I Ketut Dedi Susiawan
(Salah satu karya latihan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Rupa, FBS-Undiksha dalam mengikuti mata kuliah Kritik Seni)


Kemampuan manusia untuk menghasilkan ide kreatif selalu memunculkan karya seni yang baru. Sehingga, teori seni rupa pun sebagai bahan ajar, selalu mengalami perubahan. Teori pengelompokan hasil karya seni rupa masa kini menjadi rancu. Beragamnya perbedaan pandangan mengenai teori seni rupa, wajar telah  menjadikan teori seni rupa tersebut menjadi tidak tetap. Oleh karena itu, teori pengelompokan karya seni rupa yang selama ini dipandang telah menjadi pakem, perlu diperbaharui.

Seni rupa merupakan nama kegiatan yang terkait dengan beragam pembuatan karya seni yang divisualisasikan dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Dalam teori seni rupa, ada dua kelompok karya seni rupa yang umum yaitu karya seni rupa murni dan karya seni rupa terapan. Seni rupa murni merupakan karya seni rupa yang mengutamakan tampilan nilai estetis, pemuas batin, dan gambaran hasil peluapan perasaan senimannya. Sedangkan seni rupa terapan merupakan karya seni rupa yang mengutamakan nilai guna, secara praktis untuk memenuhi kebutuhan perangkat hidup sehari-hari, dan biasa diproduksi secara massal.


Ketika teori lama digunakan sebagai pedoman dalam mengelompokan karya seni rupa, selalu akan muncul pertentangan-pertentangan dengan pola pikir baru. Pertentangan bisa lahir karena perbedaan penetapan makna, nilai estetis, nilai fungsional, ataupun nilai ekonomis yang terkait dengan keberadaan karya. Berkembangnya karya seni rupa yang begitu kompleks, membuat para ahli teori harus mengubah dasar pikir teorinya. Perubahan-perubahan tersebut, kadang mendapatkan perlawanan dari ahli teori lainnya yang tidak sepaham. Sebagai contoh, karya seni murni yang secara teori ditetapkan sebagai karya seni yang identik dengan tujuan memenuhi hasrat estetis senimannya semata, kini telah berubah menjadi karya seni yang bernilai ekonomis. Bahkan, dibuat sebagai karya dengan tujuan mengejar hasrat ekonomis tersebut. Dalam kondisi seperti itu, pengelompokan karya seni murni-terapan seperti terangkum dalam teori lama menjadi kacau.