golekini bali-prasi
Penghargaan terhadap karya-karya seni rupa “tradisi” kerap timpang. Banyak teoretisi seni rupa yag merasa tidak memiliki hubungan langsung dengan akar tradisinya. Sikap penghargaan yang membarat telah menempatkan para pelaku seni tradisi sebagai kaum marjinal. Kriyawan golek (pembuat boneka golek) termasuk di dalam pemarjinalan itu. Padahal, begitu banyak karya “tradisi” yang memiliki nilai estetis tinggi sebagai hasil olah pikir dan rasa para senimannya yang sangat arif terhadap lingkungan mereka.
Blog ini mencoba mengusung sikap adil dalam menghargai karya-karya “tradisi”, karya-karya yang terikat pakem, ketentuan khusus, pola, keharusan yang dipertahankan. Pakem tersebut, sebagai buah hasil olah pikir dan rasa, tentu, sangat sarat dengan nilai. Seperti para pelukis modern yang patuh dengan prinsip penggunaan alat melukis yang biasa mereka gunakan (kuas, kanvas, dan cat minyak), kepatuhan seniman “tradisi” sangat sejalan dengan pemertahanan prinsip tadi!
nilai sangat terkait dengan kondisi dan situasi
di sini kearifan dijunjung tinggi
tak perlu risih
menghargai nilai-nilai tradisi
Redaksi